Lemahnya Kata ‘Jangan’

Share this

Pernah baca tulisan “Jangan buang sampah sembarangan!” tetapi di bawah tulisan itu banyak sekali sampah? Konon, kata “jangan” tidak bisa direkam oleh otak. Misalnya, saat seseorang berkata “jangan pikirkan gajah” yang Anda pikirkan justeru gajah.

Maka, banyak orang menyarankan hindari kata “jangan”. Saya termasuk yang tidak taat dengan saran tersebut. Hehehehe… Contohnya, saat driver saya melebihi kecepatan, saya terkadang menggunakan kata “jangan ngebut” dan ternyata ia mengurangi kecepatannya. Berarti kata “jangan” manjur juga.

Penggunaan kata “jangan” dalam cerita berikut merupakan contoh bahwa ada “jangan” yang tidak digubris tetapi ternyata ada juga yang manjur. Saya mendapat cerita ini melalui salah satu group whatsapp yang saya ikuti.

Dikisahkan, seorang ketua RT bingung menertibkan lalu lintas yang melaju kencang atau ngebut di jalan utama komplek perumahannya. Akhirnya ia memutuskan membuat rambu-rambu yang bertuliskan “Jangan ngebut, banyak nenek-nenek!” Ternyata anjuran ini tidak digubris para pengendara.

Ketua RT itu pun melepas rambu tersebut dan menggantinya dengan tulisan “Jangan mgebut, banyak anak-anak bermain!” Pak RT kembali kecewa karena usahanya ini pun tidak membuahkan hasil. Para pengendara masih saja ngebut atau memacu kendaraannya dengan kencang.

Sang ketua RT akhirnya menemukan ide brilian. Ia lepas rambu tersebut dan kemudian diganti dengan tulisan “Jangan ngebut, disini banyak gadis sedang mandi!” Ternyata kata pemakaian kata “jangan” yang terakhir ini cespleng alias manjur. Sejak saat itu kendaraan yang melalui jalan tersebut menjadi lebih pelan. Para pengendaranya pun tanpak lebih hati-hati, banyak yang tengak-tengok kanan kiri saat berkendara…

Salam SuksesMulia!

Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook

Baca Juga  Nekad Mau Menikah

4 comments On Lemahnya Kata ‘Jangan’

Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer